Hal yang paling menggairahkan tentang puisi adalah sekali kau benar-benar masuk ke dalamnya maka kau takkan pernah menemukan jalan keluar.
(Rey Prameshwara)

Senin, 31 Desember 2012

Kau Datang Lagi


Siang ini kau datang lagi.
Lalu duduk di sudut sendiri.
Seperti biasa. Seperti di lain hari.
Selalu saja kau datang lagi.

Kau selalu datang bersama hujan.
Kau datang menghela keheningan.
Aku berdarah di ujung senyuman.
Menyambutmu di ujung jalan.

Kali ini kau datang lagi.
Hujan, hening dan dingin menyertai.
Sekali lagi aku kau peluk-ciumi.
Lalu kau gumamkan bait-bait elegi.

Aku terurai dalam pelukmu.
Berpendar. Lalu menyatu.
Lalu aku kehilangan aku.
Lalu aku menemukan aku.

Sekarang kau datang lagi.
Padaku kau selalu kembali.
Di bahuku kau tikamkan belati.
Aku menjauh dari mati.

Aku tak pernah ingin kau ada.
Tak pernah meminta kau tiba.
Seperti semua orang yang mendoa.
Memohon kau tak pernah ada.

Masih saja kau datang lagi.
Masih menikamkan belati.
Masih menggumamkan elegi.
Masih menguliti wangi melati.

Kali ini kau akan kujamu.
Aku telah terbiasa pada dirimu.
Aku telah akrab pada elegimu.
Juga pada tikaman di bahu.

Duduklah kau di sini.
Kali ini kau kutemani.
Akankah esok nanti
Kau datang lagi?



ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

(Wajahku) Di Bening Matamu


dalam tenggelam di matamu
ada bayanganku yang semu:
lalu sirna!

pernah tatapmu membelit
menggulung rentang masa
lalu mengurai lagi hilang rupa
ditepis angin dari balik bukit

dulu di matamu selalu kucari sajak
mungkin bersembunyi di kerlingmu
namun bait-bait tanda tanya memerdu
mengiringi tatapanmu yang mengelak

bercermin di matamu yang bening
kucari guratan rupa sebentuk wajah
sejenak tampak nyata di antara resah
lalu perlahan semakin samar dan asing

dalam kenang kutatap matamu
di beningnya kukenali wajahku:
penuh luka!



ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Rabu, 26 Desember 2012

Kembang Keempat


sunyi di sini masih bernyanyi
tembang sumbang tanpa bunyi
taman ini terlalu luas tanpa bunga!

rumput sudah terlalu lama berbaring
hijaunya pucat ditampar dedaunan kering
memekikkan rindu pada pelangi bunga

tapi bebatuan terpaku dalam hening
mengharui ranting daun menguning
pada tiap kembang yang kusemai

ini kembang keempat yang kusemai
kembang keempat yang juga usai
dicabut lepas-tuntas angin bimbang!

kembang keempat hilang di derai hujan
tertinggal kelopaknya di rumput taman
lagi wanginya masih saja merdu merinai

barangkali akan kucoba juga
menyemai nanti kembang kelima
atau mungkin ia akan tumbuh sendiri!



ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Senin, 24 Desember 2012

Keranjang Cinta


kalau nanti aku datang padamu
hanya keranjang ini yang kubawa
isinya kembang dan buah perdu
kupilih dari yang beribu-ribu

keranjang terjaga dalam dekap
dan aku akan berjalan tanpa kata
tahu pasti jika nanti hari telah gelap
keranjang hangatkan aku dalam lelap

dengan keranjang menuju petang
isinya menyatu menyusun rupa
mewujud indah cinta mengembang
memadat-penuhkan ruang keranjang

kalau nanti aku datang padamu
hanya keranjang ini yang kubawa
isinya cinta yang tak pernah beku
yang di pagi hingga petang dulu
selalu saja kau titipkan padaku
biar kuhias seindah lembayung senja
lalu utuh kupersembahkan untukmu



ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Kembali


aku pernah pergi berlari jauh, terlalu jauh
menyusuri lorong yang kukenal namun asing
merayapi jalan-jalan yang sepi namun bising
meninggalkan kapal seraya memotong tali sauh

kau masih saja mengikut
membayang di tiap sudut

juga kamar yang kutinggalkan
masih menggaungkan namamu
yang dulu selalu merdu kuseru
bernada cinta dan kerinduan

aku pernah menghilang di balik bayang ilalang
menikmati dingin lumpur rawa di telapak kaki
bercumbu mesra dengan para serangga berbelati
hingga aku jadi serpihan cacahan kecil tak berbilang

tetap saja kau menanti
jika diriku pulang nanti

untukku kau hampar cinta
luas lapang tanpa tepi
semua jalan yang kutiti
di pintumu akan terhenti
karenamu aku berada
kepadamu aku kembali



ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Selasa, 18 Desember 2012

Tanah Retak


aku berpijak di tanah retak
tak tahu arah melangkah
hilang jejak hilang detak
ini tempat tanpa tempat

aku dulu pernah punya janji
untuk tidak lagi merambahi
belantara dengan tanah membara
juga menyepi dari melayari
lautan raya tanpa dermaga

tapi panggung ini terus berlakon
melingkar berpilin berputar saja
seperti sumbang suara serangga di kulit pohon
setiap malam memuntahkan lagu yang sama

cambuk masa menggiringku kembali
pada tempat yang makin asing kini:
di tanah retak ini lagi aku berpijak
didekap tanya, buta-tuli dipeluk sepi


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Senin, 17 Desember 2012

Jalan Itu


bulan mungkin menguning ini malam
mungkin awan menguntai temaram
dan aku masih saja setia menyeret kaki
merayapi setapak malam dalam kelam

di setiap simpang aku menimbang
jalan yang mana di pagi jadi terang
disenyumi paras kembang ilalang biru
juga teduh di pelukan angsana rindang

pada tiap tanjakan kuteguk arak
di setiap kelokan kuserak jejak
perhentian hanya menunda masa
pada ujung jalan kutarik jarak

panjangnya jalan takkan kuukur
lamanya masa takkan kututur
karena ujungnya jalan aku tahu
di gerbangmu aku pasti tersungkur


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Kamis, 22 November 2012

Night Train


I have my bags and boxes packed
And bring them to an old station
Just beyond the city limit
Where the old trees are overgrown

And I will not forget to bring
Red roses I picked carefully
By myself early this morning
From my garden's finest rose tree

September won't cast Friday rain
Not at least in this city part
Now I'm sitting on a night train
And the train's heading for your heart


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Sabtu, 13 Oktober 2012

Ketika Kau Datang

Aku tidak pernah merindumu,
pada malam tersunyi di Januari
atau di hiruk-pikuk pasar pagi.
Tapi kutahu kau menantiku tak jemu
dengan tatap matamu yang sepi.

Aku takkan memanggilmu ke mari.
Kau takkkan datang bila kuseru
kala malam ditikam angin menderu.
Namun kau tenang berdiam diri
sampai daun dan kembang jadi layu.

Tidak juga padamu aku takut.
Aku tidak menentang terbenamnya matahari,
membuang akal lantas jauh berlari,
bersembunyi darimu di dalam kabut.
Tidak. Di sini aku tetap saja berdiri.

Tapi nanti pasti kau akan datang padaku
saat semua kisah di buku telah lepas.
Di tanganmu kugenggamkan sehelai kertas
juga pena yang kupunya sejak awal waktu.
Ketika kau datang, sajakku akan tuntas!


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Senin, 08 Oktober 2012

Sajak Hampa

Ini malam buram, hitam meredam
semua nyala bara yang berderak,
sedia menggeliat jadi api yang marak;
juga air di bejana, kelam berdiam
dalam kebekuan sunyi, tak bergerak.

Ini bukan waktu yang selalu ditunggu
untuk membuka untai tirai panggung
lakon drama, diiringi senandung kidung:
cinta. Tidak juga untuk membelenggu
semua canda-tawa-riang lepas pasung.

Ini kali mati. Sunyi sepi sendiri di sini.
Beribu harapan dan angan tertelan,
hilang wajah hilang rupa. Perlahan.
Lalu dunia yang di sini hilang penghuni,
semakin kabur, lenyap lantas dilupakan.

Ini malam hanya untuk satu sajak hampa.
Terselip di antara ribuan soneta anggun,
lelap dalam penantian hingga terbangun
saat kematian hadir meminta berjumpa:
Sajak hampa berima bersama maut mengalun.

Tapi mati tanpa kematian adalah maya.
Menarikan pena tak bertinta di atas
lembar-lembar kosong helai kertas.
Juga hidup tanpa kehidupan adalah maya.
Segala makna terhapus, pupus tak berbekas.


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Minggu, 16 September 2012

Across The River: A Sonnet

How could you need me in the morning light
When you could have dews sitting on flowers?
The breeze and those singing birds on the trees
Were enough for you to forget the night.
And when the night fell upon misty lake,
You would not need me - when you were lying
In your bed - with a lullaby to sing,
While you had all nocturnal birds awake.
I was not the one who should take the fall.
And I'm not the one who always stands tall,
Be careless and runs through the barring wall.
I shall never cross over the river
Because the land where I should be is here.
Over there, tales I never seek to hear.


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Sabtu, 15 September 2012

Tanda Tanya

Bukan dingin ini malam
Juga lampu yang temaram
Membuat aku surut ke sudut ruang
Berdinding biru kusam

Hanya sebentuk buku
Lapuk dicambuk waktu
Padanya tersimpan penggalan masa
Membeku dan berdebu

Ada rasa pekat mengalir
Untuk satu bait terakhir
Yang akan aku coba jalin malam ini
Di atas lembar terakhir

Ketika membuka lembaran buku usang di tangan
Debunya memadat menebal di selembar harapan
Lalu aku semakin tersudut di pinggir angan
Dikurung seribu tanda tanya yang kau bariskan



ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Jumat, 14 September 2012

Kata-kata di Sela Bibirmu

Telak hujan menghujam pagi
Menggugurkan kembang melati
Lalu aroma tanah basah tak lagi pergi
Berdiam di ruang ini menunggu mati

Aku masih juga ingin terus bernyanyi
Lagu lama yang biasa kita merdukan
Dan menari bersamamu di malam sunyi
Membiarkan diri basah di bawah hujan

Tapi bayang-bayang tak pernah diam
Perlahan semakin nyata di awal pagi
Lantas kembali kabur di ujung malam
Kau tahu, pagi dan petang tidak berbagi

Aku dulu pernah mau berjalan melintasi padang
Di antara rimbun belukar dan semak berduri
Tapi sekarang aku mematung di jalan lengang
Dibungkus gelap dan gerimis, terasing sendiri

Tinggal terpaku di sudut waktu,
Tak lagi aku mampu melecut daya
Kala menyata kata di sela bibirmu:
"Butuh seumur hidup untuk percaya."



ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Purnama di Gerbang Malam

Aku pernah di sana.
Di atas batu itu.
Duduk dipeluk beku.
Air sungai mencumbui ujung kakiku.
Dinantikan purnama.
Pantulan cahayanya pucat di riak air
melukis cerita yang mengalir
tentang kembang pagi berbau getir
yang disejuki angin semilir.
Semua kisah masih ada.
Senja belum lagi akan tiba.

Aku pernah di sana.
Di atas bangku kayu.
Duduk ditikam waktu.
Tak hirau pada bebatuan tertutup perdu.
Bertutur pada purnama.
Tentang lagu irama salsa di pentas siang
dan tarian pena di kertas usang
juga rumah kecil di tengah padang
yang dulu selalu kita kenang.
Aku menunggui purnama dalam resah
karena tahu senja akan turun.

Aku pernah di sana.
Di beranda rumah tua.
Memandangi purnama yang sesekali disaput awan.
Cahayanya terang
memantulkan resahnya petang.
Riuh kawanan burung pulang ke sarang
mengundang hadirnya bintang-bintang.
Aku menggapai purnama yang baru datang.
Senja belum lagi jadi kelam.

Aku tak lagi di sana.
Di kamar tanpa suara.
Tak lagi bisa berbisik lirih pada purnama.
Cerita tentang malam-malam penuh sajak.
Dan angin dinginnya yang mengantar elegi.
Kini aku di sini dan hanya bermimpi
tentang purnama di langit tinggi.

Purnama putih-perak makin jauh beranjak.
Senja sudah lama usai.
Namun cerita belum selesai.
Purnama didekap gelap.
Senja diterkam malam.



ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Selasa, 11 September 2012

All Those Beautiful Roses

Image: Red Roses by Sasukekun22/Wikipedia
 
I have seen those roses,
Were in bloom so dearly.
Reddest red roses were clearly
Reflected in your eyes.

A garden in a valley between two mountains,
I saw when I was lost in many dream's faces.
On an old wooden bench near two oval fountains,
You sat amidst fresh sweet scent of nearby roses.

I kept on standing where I was,
Admiring the sight that I saw.
I knew I wanted to be lost
Forever there. And still I know.

It was you who had made my view
Clear from mists of mourning battle.
And it's always because of you,
Scent of those roses are gentle.

I might not say a single word
Nor sighed as sign of my presence,
And sure I can always afford
Being silent as in my absence.

I adore those beautiful colours of flowers.
And I, more, adore that beautiful soul of yours.

You said you loved those roses when
They were lit by the morning sun.
They were lovely as always then
Brought to life so much joy and fun.

So the charm of roses I took
And planted under my window.
May next morning their lovely look
Sweep away sadness and sorrow.

No clouds hanging as sun rises
In the sky but only a few.
And all those beautiful roses
Will always remind me of you.

Rocky roads, muddy paths, where all my life's fallen,
I dare to walk over again to see the sight
Of how those roses are in bloom in the garden,
With morning dews in their petals, shiny and bright.

Never wither, nor fade.
I see them in bloom now.
All those beautiful roses grow,
Sweetly within your heart.


ditulis oleh Rey Prameshwara

Baca seutuhnya...>>>

Senin, 10 September 2012

Padang Ilalang

menatap saja
tidak ada kata
tak ada suara

sesekali angin datang
mengelus lalu hilang;
tetap bergeming
tidak berpaling

hari merangkak pelan
menyeret yang harus pulang
aku juga ditelan
hilang di padang ilalang

***

kumbang menari
di hitam mentari
di langit berpori

barangkali nanti petir
menjeritkan syair satir;
tapi akan tetap senyap
di sini semua lenyap

terik dan hujan terus berganti
ada yang datang ada yang hilang
aku pasti juga membatu nanti
dalam terpendam di padang ilalang

***

kembang liar memucat
dicambuk hujan lebat
dan deru angin tersesat

lembab dan tanah basah
menebar aroma gelisah;
di sini tetap hampa
bukan udara menerpa

musim mengasuh belukar
dan rumput yang menjulang
aku terus semakin samar
di rindang bayang ilalang


ditulis oleh Rey Prameshwara

Baca seutuhnya...>>>

Selasa, 28 Agustus 2012

Padam

Mari! Mari! Mari!
Mari kita nyalakan api.
Selepas hujan dan badai,
Kita akan hangatkan diri.
Bawa serta keranjangmu.
Isinya daun dan kembang perdu.
Boleh dibuat sayur sebelum layu,
Dalam kuali gerabahmu di atas batu
Yang kita susun sebagai tungku.
 
Tiup! Tiup! Tiup!
Jangan biarkan baranya redup.
Tambahkan kayu agar cukup
Membuat nyala api mulai kuncup.
Duduklah kau di sini rapat-
Padaku biar kita jadi hangat.
Genggam jemariku erat-erat.
Lantas hati kita makin lekat.
 
Mengapa? Mengapa? Mengapa?
Api mulai marak jadi padam.
Tinggal arang yang hitam.
Hangat ini segera redam.
Hati jatuh kelam.
Ah! Apinya kau siram!


ditulis oleh Rey Prameshwara

Baca seutuhnya...>>>

Sabtu, 07 Juli 2012

Menunggu Hujan

Aku akan menunggu
Hingga awan pekat hitam
Berarak menderu
Mengurung terang jadi kelam

Aku masih menunggu
Di antara gemuruh petir
Didekap nestapa dan pilu
Memamah akar getir

Aku tetap menunggu
Sampai aku jadi beku
Diam membatu
Ditikam waktu



ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Sabtu, 30 Juni 2012

She Sails!

Early in the morning she sails
For maiden voyage that hails.
'The ocean is there where I dwell.
Hence, to my home port this is a farewell.'

She will never miss her yard.
To her destiny she sails onward.
'I love watching a gull
Flying around my hull.'

Out on the ocean she is the one,
And has never met anyone.
'Perhaps I am alone. But not lonely.
Not a novelty this is. Truly.'

Behind her stern are only old stories.
Written in a yellow book of memories.
'One cannot stop the sun from rising,
Thus, this life must keep on moving.'

Proud masts of hers stand tall
Like pillars of hope that never fall.
'So a hope it is that has kept me sailing
To the land where my dreams are awaiting.'

And daylight must finally surrender
Into darkness of night that takes over.
'Painful heartbreak is on the mend;
So this is not a voyage without end.'

Years and years she sails
And knows there will be a day
With all her sails furled,
She will cast anchor in a bay.

'All this time I just sail and pray
That one day I'll quit and call it a day'
Faraway land lies over the horizon
Which port she is forever home

To the landfall before her bows
She sails! 



ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Rabu, 27 Juni 2012

Sajak Untukmu

Di matamu kutemui telaga
Bening laksana permata
Menghalau segala dahaga
Akan sejuknya bulir cinta

Lalu mewangi bunga malam
Bersama tarianmu penuh rasa
Ketika malam tak jadi kelam
Diterangi pendaran cahaya jiwa

Diriku melantun doa lirih serak
Untukmu yang meneduhkan sukma
Dan kutatahkan untai-untai sajak
Pada hatimu yang bermahkota cinta



ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

When You Let Go

Don't walk by my side;
Because I don't want to
Walk by your side;
Because we do not
Walk the same path anymore.
I did not want to go alone.
You did.
I wanted to share days with you.
You did not.
So we went our own ways ever since.
Two who walk hand in hand
Don't always have same dreams.
So you let go my hand
And go on your own way.
When you let go my hand,
Know, my dear, that you
Brought everything we had
To its very end.
'Cept my love for you.


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Aku Yang Mencintai Hujan

Aku mencarinya di sela badai,
Di antara angin yang risau.
Aku mengikutinya di sela ngarai,
Di sisa butiran air yang berkilau.
Rinduku selalu untuk hujan.
Untuk hujan.
Untuk dinginnya yang memeluk hangat.
Lekat.
Aku menanti hujan di tepi tangisan.
Hujan yang sama.
Aku mencintai hujan berselimut haru.
Hujan yang dulu.
Selalu.



ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

...

Aku tak bisa menulis puisi malam ini.
Tidak. Tidak puisi yang selalu kau mau.
Aku bukan lagi seperti kemarin;
Penuh cinta dan selalu merindumu di sini.
Kali ini hanya barisan kata tanpa jiwa.
Saat ini hanya coretan tanpa makna.
Bukan puisi.
Tidak juga sajak.
Hanya rangkaian kata hambar
Yang termuntahkan di atas lembar amarah
Ketika dalamnya hati tak lagi sanggup
Menampung tanya dan tanya dan tanya.



ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Senin, 07 Mei 2012

A Night To Remember

There was a night when the wind
Sang a sweet lullaby
With clear voices, brought relief
Inside uneasy mind,
Whispered sweet goodbye
To the lingering pain and grief.

There was a night whose sky was clear.
No clouds would obscure the sight,
Fireflies glowed, danced amongst the trees.
And inside the soul there was no more fear.
Only happiness lied inside
A gentle heart in the lovely night breeze.

There was a night with a bright moon
And full of glimmering stars
That filled joy into an empty heart.
Silent sky echoed silent scream that soon
Became tuneful sweet songs,
Sung together with a chanting heart.

A night in its most beautiful robe,
Heavenly sight,
Such a night to remember.



ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Hope

The long silent days soon come
As I am walking into the cold misty rain.
If sun can shine upon the dome
Only time will tell once again.

Into the brightest light;
One part of my heart has always been true.
Through the darkest night;
One side of my soul is ever glowing blue.

By the end of the hours,
The final journey ends before Thee.
Through the rain that pours,
The peaceful soul is now free.

All beautiful colours always fall into black
Left their traces unseen.
Wherever there is no history to look back
Future days will ease the pain.




ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Doa Seorang Istri

Untuk semua kapal di lautan luas
dan seluruh pelabuhan yang menanti.
Untuk keluargaku,
Dan seluruh teman serta orang yang tak kukenal.
Ini adalah pesan dan doa.

Pesan
Bahwa perjalananku
Telah mengajarkan sebesar-besar kebenaran.

Telah kudapatkan apa yang dicari semua orang
Namun hanya sedikit yang menemukannya:
Satu orang di dunia ini
Yang aku dilahirkan untuknya.

Seorang layaknya diriku,
Dari tempat yang jauh
Dan Atlantik biru bermisteri.

Seorang yang kaya akan kesederhanaan,
Pengalaman,
Pemikiran.

Satu dermaga di mana aku berlabuh selamanya.
Tiada topan atau badai
Bahkan jua kematian yang mampu meruntuhkannya.

Doa
Semoga tiap orang di bumi
Mampu mengecap cinta seperti ini,
Dan olehnya terobati.

Bila doaku terkabul,
Terhapuslah segala salah,
Hilanglah segala sesal,
Cukuplah segala murka.

Aku mohon, Tuhan.
Amin.


__________________________________________________________________

Catatan:
Ini adalah terjemahan bebas dari surat yang ditulis tokoh Catherine Land Blake dalam film Message in a Bottle (1999).


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Indah Pada Waktunya

Kusambut hangat mentari pagi
Kutebar aroma semerbak mewangi
Parasku menaut mata
Warnaku menyaput lara

Aku kembang indah merekah
Di taman rindu menghias hari cerah

Jangan kau petik diriku
Bukankah puspa tak lagi berseri bila kau petik?

Kurayu jiwa dengan gita
Kualun nada menggetar sukma
Laguku menghapus duka
Tembangku menjelma cinta

Aku dara riang bernyanyi
Di petang syahdu melepas hari

Jangan kau kecup bibirku
Bukankah lagu tak lagi memerdu kala aku kau kecup?

Biarkanlah kembang dipetik
Kala perangkai bunga menjalin untaian puspanya

Biarkanlah gita jadi hening
Kala nada sampai pada jedanya

Jangan kau tentang sang masa
Bukankah segalanya jadi indah bila tiba waktunya?


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Menyemai Damai

Melambai rambutmu dibuai angin
Sejuknya mengelus hati bergelung lara
Membelai jiwa meruah nestapa
Dalam temaram tahta duka

Menapak jejakmu melarung angan
Pikatnya mengusap darah beranyam luka
Merambah urat melena raga
Dalam lelah singgasana asa

Di erat genggam jemarimu
Memadat semesta

Di lekat tatap matamu
Memaya nelangsa

Duhai dara di taman swarga

Kerling matamu memudar bintang
Rona rupamu menyaput rembulan
Lincah tarimu mengayun riang
Merdu nadamu memendar dian

Duhai dara berhias tiara

Ini taman lama kau impi
Ini masa lama kau nanti

Kini
Kau nikmati warna mentari
Kau resapi bunga mewangi

Di sini
Kau gayuti bias pelangi
Kau geluti laras puisi

Sementara
Izinkan diriku sejenak dalam senyap
Menyaksikanmu bahagia penuh harap
Kala kau damai dalam lelap
Dalam mimpi indah yang kau dekap

Di sana kau berada
Di tepi indah telaga
Dinaungi rindang untaian bunga
Dicumbui bahagia tak berjeda


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Di Bening Matamu

Di bening mata itu
Ku pandangi teduh cahya hati
Menyemai damai
Mengusap lara

Di bening mata itu
Ku geluti riang canda jiwa
Merinai mimpi
Menyeka duka

Di bening mata itu
Ku resap merdu lagu
Mengurai sepi
Melena raga

Di bening mata itu
Ku rajut harapan
Bersulam janji
Beruntai do’a

Di bening mata itu
Menitik bulir nestapa
Merapuh sisi jiwa
Menguak luka

Meski tak lagi bisa ku tatap bening mata itu
Meski dekatnya jarak melerai raga
Di taman hatiku akan selalu semerbak bunga cinta
Mewangi untuknya



ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Telaga

Cabang dan ranting berderak membisiki angin..
Bulir embun turun menitik..
Ada yang menaik memekik..
Ada yang membumi meratap..
Ah.. Bukankah sekeping kayu hanya mainan ombak di antara buih samudera?
Seperti juga angin yang menggores bebatuan..
Mengukir jiwaku abadi..
(P untuk NPP)


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Dermaga Kecil

Terhempas perahuku diterjang ombak
Aku tak takut

Terpilin layarku oleh badai
Aku tak surut

Tetap perahuku mengembang layarnya
Ke satu tiang tambatan rajut
Tempat ku bersauh mengikat tali selamanya
Di dermaga kecil jiwaku terpaut

Alangkah jauh jalan ku lalui
Betapa luas samudera ku arungi

Tak sedepa aku mundur
Tak sedetik aku mengulur
Meski aku tersungkur
Ini jiwa tak kan kendur

Ku tahu akan tiba jua suatu pagi
Dalam dingin dan bekunya hati
Pias oleh desahan hangat mentari
Kan ku resap hembusan wangi

Ku tahu
Saat itulah aku tiba di dermaga kecil
Dermaga untukku sepi nan damai

Di sanalah ku tambatkan perahuku selamanya


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Cinta Untuk Tuan Puteri

Saksikan kau jalin
Untaian cinta yang indah

Cinta yang mampu membuat jantungmu sejenak berhenti
Cinta yang membuat hatimu terbang
Cinta yang berhembus di setiap nafasmu
Cinta yang kau temukan di tengah gersangnya tawamu
Cinta yang hadir di antara derasnya airmatamu
Cinta yang mengubah mimpi burukmu
Cinta yang tumbuh tanpa kau sadari tapi tak bisa kau tepiskan
Cinta yang dengan tegas kau akui tanpa rasa malu
Cinta yang bisa kau rasakan mengalir perlahan
Cinta yang menumbuhkan kembali semangatmu
Cinta yang membuatmu berani tuk kembali berharap

Semoga cinta itu mampu slalu menerangi ruang hatimu
Meski mungkin sinarnya tak seterang cintamu yang lalu
Namun getarnya
Cukup membuatmu merasa hangat dan nyaman
Doaku selalu untukmu, Tuan Puteriku
Doaku selalu bersamamu, Malaikatku


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Untuk M

Kau cintaku selamanya…
Kau kan berada di hatiku selama sisa hidupku…  Sepanjang masa…
Di samudera doa dan harapan…
Berlayarlah denganku, cintaku…
Selamanya denganku…
Denganku…

Dialah cinta sejatiku…
Dialah kerlip bintang di langit malamku…
Dialah mentari senja nan permai di lautan damaiku …
Dialah warni pelangi di hening pagiku…
Dekatlah padaku, cintaku…
Selamanya denganku…
Denganku…


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Rintihan Rindu

Masih seperti dulu diri ini
Teronggok dalam selimut subuh dengan belulang dijilati dingin
Ujung rambut selalu terbenam di mata kiri
Bergetar bersama hati yang menggigil dirajam hening
Tetap berpilin benak ini
Terkulai dalam cacahan berlaksa tanya tiada akhir
Telinga masih menggaungkan panggilan yang sama di pangkal hari
Bergema bersama jiwa yang rindu saat mencair

Kuintip jejak tapakku
Berjuta ayun langkah telah berlalu
Menguncup tanya dalam batinku
Adakah akan kutemui yang kurindu?

Kakiku tak lagi tegar berderap
Namun hati ini memaksaku tegap
Bisikan rindu menampar tawa jadi senyap
Akankah aku tiba sebelum hari turun gelap?

Kau yang aku rindu!

Meski seribu kembang mekar di taman bunga
Kau yang kuingin
Walau gemericik air melena di kolam surga
Kau yang kuingin

Kau-
Aku hanya-
Gelembung kecil di luas lautan-Mu
Sebutir pasir di hamparan gurun-Mu

Berkali aku-
Menepikan-Mu dalam suka, mengabaikan-Mu dalam ceria
Melupakan-Mu dalam tawa, meminggirkan-Mu dalam canda

Namun Kau selalu-
Kusebut dalam galauku, kurintih dalam dukaku
Kurindu dalam hatiku, kuingin dalam jiwaku

Meski mohonku tak seindah bait pujangga
Walau doaku tak sesyahdu tangis pencinta
Pintaku-
Izinkan aku mencintai-Mu esok hari
Lebih dari yang kumampu di hari lalu dan di hari ini


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Mawar di Tepi Malam

Malam turun diiringi untai-untai doa
Dari sekuntum mawar
Yang tumbuh di pinggir kolam hati
Lirih melantunkan bait-bait puja
Bersyukur telah mekar
Meski malam ini bulan mati

Malam turun sebagai tirai
Penutup satu dari lembar-lembar takdir
Yang menyeret menghisap segala rupa
Tiga lagu masa merinai
Beribu-ribu lagi menanti untuk lahir
Yang lain mengabur di kelabu asap dupa

Malam bagi sekuntum mawar adalah tahta
Dalam kelam menutur syukur
Atas segala pahit luka dan sedih
Atas segala manis suka dan cinta
Bukan untuk mengukur
Dalamnya bahagia atau pedih

Malam bukan akhir dari masa
Karena esok masih akan ada
Hari lagi untuk menebar wangi
Merekahkan cinta menyemai asa
Sebab besok masih akan tiba
Satu takdir untuk digeluti


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Jumat, 04 Mei 2012

Bilakah Kau Mengenangku?

Jika kau bertanya ‘Bagaimanakah segalanya berawal?’
Hanya suara itu.
Suara yang menelikung relung telingaku.
Meriak lembut di ujung sutera hatiku.

Jika kau bertanya ‘Mengapakah segalanya mewangi?’
Hanya mata itu.
Mata yang meneduhkan gelung risauku.
Membias warna di sisi senjaku.

Jika kau bertanya ‘Di manakah segalanya bertaut?’
Hanya hati itu.
Hati yang membelit pilar jiwaku.
Mengusap mesra bulir embunku.

Jika kau bertanya ‘Ke manakah segalanya bertuju?’
Hanya jiwa itu.
Jiwa yang memendar harapku.
Mengilau anggun hablur cintaku.

Jika kau bertanya ‘Bilakah kau mengenangku?’
Tiada pernah aku.
Bagiku kau tak pernah lalu.
Di hatiku kau abadi selalu.


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Sajak di Seberang Langit (II)

 
II

Senja di atas bukit kali ini kumaki dengan mimpi!
Sudah berkali kuminta pada-Mu, bunuh saja rasaku!
Angkasa sudah membawa semua haruku tentang kisah
Laut sudah meminta semua airmataku akan ujung yang tiada

Aku siapa untuk rindu yang tak pernah memenuhiku?
Aku di mana ketika kematian begitu memamah-biak resahku?
Senja kali ini… Perkenankanlah aku lelah di ujung penantian
Biarkan semua tiada ketika kehadiran selalu tentang airmata

Senja mengikat banyak sekali pijak
Menggulung semua puncak-puncak haru
Menukar semua pongah pada bejana tak beriak
Hingga hanya menyisaku pada sebait larik rindu

Kutukar semua kisah lalu untuk satu lagi bara di dada
Menyematmu di bilik hati terhangat di antara kelindan asa
Memupukmu dengan segenap doa-doa pada ujung legenda
Memilikimu seperti menunggumu pada sekian lalunya masa merasa

Sayatan beku subuh yang menanti
Tak lagi menggerus keroposnya tulang
Mencairlah segala sunyi
Dialiri hangat yang pernah hilang

Sendang ini sarangku
Menganyam jalin-jalin masa-
Tak kupagari dengan kembang sepatu
Biar meluas saja pekarangan jiwa bertabur asa


ditulis oleh Yayag Yp & Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Sajak di Seberang Langit (I)


I

Tergerus badai…
Dipanggang congkak jilatan sang surya
Mencekik leher haus yang terkulai
Tanah kering ini adalah aku!

Meratapi kisah pada senja…
Seperti mengasah belati di ujung lidah
Kemarauku mengetuk tulang rusuk
Aku musim tanpa tanda tanya!

Selaksa camar anggun melayang,
masih saja setia pulang di ujung hari.
Dan bulan yang mengukir bayang-bayang,
tetap terus menggigit tepian hati.

Pulau demi pulau terlewati
Dalam tatapan yang kian mengabur.
Di geladak kapal masih teronggok tumpukan peti
Berisi harapan yang menghablur.

Pada bibir laut kutundukkan hati
Menikmati heningnya peraduan tanpa kisah
Kupertemukan jeda dengan setengah diri yang hanyut
Sepi adalah pantulan raga untuk labirin-labirin kelelahan

Pada bibir laut kusesapi diri
Menyelimutkan bintang-bintang untuk gulitanya malam
Aku menginginkan diriku terjaring jala-jala nelayan yang mencari
Sebait syair tulusnya cinta adalah pengharapan kesekianku akan keberadaan

Setapak berliku di pasir pantai-
Selalu menarik kaki-kaki terbelit rantai
Memaksa jiwa yang kurus mendaki ngarai-
Ditendang sinis tatapan kadal yang mengintai

Bukit ini penghabisan -jemari tangan sudah kaku-
Darah ini penasbihan -matahari terhisap kelam-
Sunyi mempertegas beku,
Ketika sukma tenggelam.


ditulis oleh Yayag Yp & Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Pengharapan

Air beriak dalam gelas-
Bayangan wajah jadi buyar
Tak jua bisa jelas-
Biar mata telah nanar

Udara berganti warna
Kembang bertukar bunga
Air dalam bejana
Acuh pada gelas yang menganga

Sekali memekik nyaring
Lantas sepi menyongsong
Kerongkongan masih kering
Gelas sudah kosong!


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Kereta Api Hijau

Malam tertumpuk di sisi jendela
Berlarian dikejar gelisah
Sementara kereta api terus dihela
Lewati temaram kota yang mendesah

Masa tak pernah mau menunggu
Pak Tua yang duduk termangu
Biar melekang ditikam beku
Kereta terus melaju

Masih juga terikut senyum juwita
Juga lambaiannya meliuk manja
Semua hanya jadi goresan tinta
Di gerbong terakhir kereta senja

Simpang masih akan ramai besok
Malam ini bukan penasbihan
Terus kereta maju tanpa menengok
Stasiun ini bukan penghabisan


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Nyala

-keterasingan yang dekat-

Bukan jiwa pada yang satu
Bila geliat masih berselimut abu
Marak untuk berkali
Sesap pada sekali

Pada liuk untai-untai betik
Terjalin cahaya merapat erat
Menari pada tiap pekik
Lantas diam dalam jerat

Di dasar adalah asal
Menganyam hangat hingga pucuk
Lalu habis terjilat tersengal
Meninggalkan desis mengutuk

Rasa hanyalah rupa
Tak pernah setia menghamba pada masa
Biar raga jadi menghampa
Yang satu tetap perkasa bernyala di dada


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Gelisah

Masih sama lagi-
Menyusup di antara jeruji
Langit-langit kamarpun berpendar pelangi
Untuk nyanyian yang tak pernah pergi

Merdu merayu di hari pagi.
Tegas: hati ini aku punya!
Melolong sumbang di malam sepi.
Rintih: hati ini tak berupa…

Sesekali lagu jernih mendayu
Banyak waktu cuma parau
Bukan menyandar pada baris-baris nada yang terlampau
Hanya pelita tertiup angin yang merantau

Takdir adalah nyanyian tanpa jeda.
Bermula pada akhir yang jadi mula.
Ketika gerimis turun menitik,
Tempat berlindung hanyalah bilik


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Kembang-kembang Kopi

 -untuk Purwani-

Kembang-kembang kopi mekar di penghujung musim bening
Mencumbu aroma embun hujan dan tanah basah
Menari bersama angin subuh gemulai beriring
Ditingkahi lagu belalang yang menghalau kawanan gelisah

Kali ini takkan lama masa biar luka mengatup
Kau tahu, sebentar lagi kabut meninggalkan bukit
Tak satupun kali ini, kuncup tak mekar tinggal rapat menutup
Ini musim untuk melepas segala sakit

Biar embun jatuh dari ujung kelopak mayang!
Hitamnya tanah akan segera menenggak embun!
Subuh ini bukan untuk berdendang lagu duka usang!
Ini waktunya melukis mutiara putih di dedaunan rimbun!

Kembang-kembang kopi luruh di batas musim bening
Karena tahu, masa panen tak mau menunggu
Kembang-kembang kopi luruh dalam senyum hening
Karena yakin, besok masih ada musim untuk mendendang lagu
 


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Kamis, 03 Mei 2012

... And The Day Falls Silent

This world -lonely home-
Wrapped around lanky fingers of time.
Tossed amidst glittering stars,
is a graveyard for all dears.

Flying alone like a sullen hawk,
Perching limply like a fallen gawk,
It is me left atop a hill to stare
At the pale dusk sun with its final glare.

What is it that I can say
When the last word has fled?
What is it that I can pay
When the last blood has dripped?

As I kneel my soul before the sylph of might,
As I surrender my spirit into the embrace of night,
I speak not,
I breathe not.


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

White Rose

Leave it, my dear,
A heart blackened in gloom.
Live it, my dear,
A soul blossomed in bloom.

There we met, at the wooden bridge nearby,
Hand in hand, we put those words in a line.
Till this time has come that I must say goodbye,
For I have to walk the remainder path of mine.

As morning dews wipe all the obituaries,
You will cry no more.
As twilight shores tell all the stories,
You will smile forevermore.

If ever your heart is pining for me,
Pick the sweetest white rose we grew.
Evening wind shall bring its sweet scent
Upon my unmarked tomb.


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Langitmu Berwarna Lembayung

Jatiwaringin, 3 November 2008
 

Kerlipnya selalu mempesona seluruh aku
Bintang itu… Selalu berpendar di matamu


Semburatnya selalu menggetarkan seluruh aku
Pelangi itu… selalu berbias di jiwamu

Ingin ku untai sajak
Mengusap sisi hati
Hasrat ku rajut impian
Hangatkan jiwa dingin

Untukmu
Ku buat rumah kayu di tepi telaga

Beratap hati berpagar janji
Berdinding jiwa berlantai cinta

Kecil saja dia

Namun di sana ku dapati mata air
Aliri ini jiwa kering

Di sana ku menjagamu
Merawatmu… Menemanimu...
Selalu

Bagimu, langit ku damba
Bulan ku rindu

Biar selalu renyah tawamu
Hangat tatap matamu
Lembut senyummu
Riang hatimu

Engkaulah kekagumanku... pujaanku... kekuatanku...

Sementara biarkan aku takjub padamu
Kala kau warnai harimu seindah langit itu

Seindah langitmu berwarna lembayung…


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Gift

I live because I want to believe
That my dream is so colourful,
My hope is turning to live.
Though life is not so wonderful.

I live because this life will guide me

Into the warmth of your heart.
To you - all these paths lead me.
Never mind the journey will be hard.

I have walked the burning hay,

Been in the frozen mind.
But by the end of my day
It will always be you I find

For you I bring a gift:

A life that is full of love.
And if this life won't fit
Another life will do.


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Kembang Kertas

Dari kertas merah panjang
Kubentuk sekuntum kembang
Di meja ini kan kupajang
Diiringi selantun tembang

Kembang kertas ini kujalin kurekat
Agar jadi pelarut rindu
Kala kenangan tentang dirimu memekat
Dari tatapmu yang sendu

Aku tahu kau tak kan pernah lagi di sini
Betapapun aku merindu mengharap
Namun kembang kertasku akan menemani
Diriku ketika malam jatuh senyap

Meski wanginya tak seharum melati
Pun merahnya tiada seindah mawar
Untukmu, kembang kertas ini berkelopak hati
Bertangkai rindu yang tak pernah tawar


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Keranjang Musim

Enam puluh empat musim
ujungnya masih bersisa
pada batu
di balik perdu

Enam puluh empat musim

dimulai kala basah
di beranda
batu pertama

Enam puluh empat musim

disalami embun
salak dan sawo
juga pantun

Enam puluh empat musim

jadi berkeringat
dijilat matahari
di atas jidat

Enam puluh empat musim

belukar saja
tanpa kembang
di jelang senja

Enam puluh empat musim

akan tuntas
digulung malam
lusa nanti

Enam puluh empat musim

jatuh berlutut
menggedor gerbang
musim berikut

Enam puluh empat musim

tidak memanen madu
hanya memetik
pinang muda 


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Retak

Gusiku bengkak
Terlalu banyak tuak?
Cawan sudah lama binasa!
Aromanya tidak lagi menggoda
Diriku kala malam hampir tiba

Gigiku retak

Nasi dalam kuali tinggal kerak
Yang tak bisa lagi kumamah
Seperti sisa harapan yang lemah
Melekat pada dinding jiwa yang goyah

Telingaku pekak

Tak lagi mampu mengelak?
Panggilan sudah diseru!
Ujung masa telah mengetuk pintu
Menjemput semua yang harus berlalu

Suaraku serak
Tercekik pecahan hati yang terserak
-Pecah- hanya tentang kolam setengah air
Ketika semua lahir lantas berakhir
Di ujung kata di pinggir bibir

ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Kau!

Aku ingin berlari
Jauh
Dari sini.
Dari dirimu.
Tapi tidak. Bukankah
Kau selalu mengikut
Kemanapun aku
Pergi!
Aku pasti sembunyi
Dalam
Di dasar hatiku.
Namun tidak. Tahukah
Kau bertahta abadi
Di singgasana
Hatiku!
Baiklah. Kau boleh ikut
Kemana
Aku melangkah. Jangan sesali jika
Jalanku bukan jalan yang dulu
Kau mau!
Cukuplah. Aku menyerah
Kalah
Pada dirimu. Untuk kali ini aku
Biarkan diriku mencumbumu
Penuh cinta!
Ah, itu dirimu atau
Hanya bayangmu! 


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Pada Sebuah Ruang

Harapan jadi lorong panjang tanpa muara 
Juga mimpi menguap di pucuk waru
Alunan senandung asmara hilang suara D
Di sini segala melenyap dipeluk beku

Diam dalam kelam mendekam

Tak jua tarikan nafas mendesah
Tinggal sepi datang menikam
Mencacah menelan deru gelisah

Di luar sana semua tertinggal

-- Merdunya pagi dan kerling juwita 
Malam ceria dan bulan yang sepenggal --
Di sini bukan waktu yang bertahta

Tak ada panggung untuk berlakon

Tidak juga serambi luas tempat menari
Sisi dan sudut menyatu di tepian
Dimensi hilang makna di ruang ini

Terhimpit di antara dua semesta

Ruang ini satu tempat untuk jeda!
Di ruang ini cerita kehilangan kata
Di ruang ini aku berada!


 ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Taman Sore

Berkas cahaya di celah daun
Menitip hangat terakhir sebelum beranjak

Matahari hilang di ujung taman

Meninggalkan jejak oranye lalu hitam
Menarik seutas benang sulaman
Dari tenunan kain sejarah lapuk membenam

Bukan hidup di hari pagi benderang

Jadi catatan panjang untuk bacaan lusa
Bila sinar hari jatuh luntur lekang
Wangi bunga di taman sore tinggal tersisa

Berkas cahaya di celah daun

Menitip sinar terakhir sebelum berlalu

Untuk satu tirai panggung yang menutup

Ada seribu tepuk tangan menggelegar
Untuk seribu pintu hati yang menutup
Ada satu jendela jiwa membuka lebar

Berkas cahaya di celah daun

Mengucap salam terakhir sebelum berdiam


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Tidak

Tidak! Biarkan aku pergi malam ini.
Menikmati gelap malam di antara lampu kota.
Atau keheningan
Di sela kebisingan jalan.
Bukan! Bukan puisi ingin kutulis.
Aku hanya merindu
Ceria masa kecilku. Bermain hujan
Berlarian di genangan air
Menikmati basahnya yang mendinginkan.
Tidak! Biarkan aku pergi malam ini.
Aku ingin sendiri di sini.
Di sini. Di tepi laut tanpa bintang dan bulan.
Hanya ada aku
Dan diriku
Yang dulu
Tidak!
Aku tidak menginginkan bintang itu!
Bintang itu. Bintang itu terlalu jauh
Dariku.
Tak bisa kurasa hangatnya.
Hanya ada kerlipnya
Yang akan segera ditelan pagi.
Tidak!
Aku tidak memaui bulan itu!
Bulan itu. Bulan itu tak selalu ada
Untukku.
Sekali terang kala purnama
Di lain malam hanya sepotong
Lalu hilang di akhir masa.
Cukuplah.
Hanya ini yang kudamba. Hanya hujan ini.
Hujan yang selalu setia
Mendinginkan tubuhku
Dan hatiku.
Hanya hujan ini kuingin. Yang selalu
Menghadirkan sejuk
Menghadirkan damai
Dan cerita lalu.


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Sendiri

Aku ingin sendiri.
Menepi di dalam diri.
Menyanyikan lagu lama.
Bercerita kisah yang sama.
Dari lembaran catatan usang.

Aku ingin berlari.

Melintasi banyak hari.
Kembali pada pelukan lama.
Yang penuh cerita tanpa tema.
Juga tarian kaku di padang gersang.

Aku ingin duniaku sendiri.

Dunia yang kubuat untukku sendiri.
Tempatku menyepi dan bermain sendiri.
Menguntai nada-nada untuk laguku sendiri.
Di sini kunikmati segala warna yang kulukis sendiri.

Ini dunia di mana aku selalu bahagia.

Dipenuhi rangkaian ode dan elegi.
Ini dunia milikku untukku selamanya.
Denganmu aku tak ingin berbagi. 


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Perbatasan

Kali ini aku tiba di batasnya
Cukuplah panjangnya jalan
Ini adalah batas di mana semua
Harus berakhir harus disimpan


Aku sudah lama menyusuri
Kelak-kelok gang dan setapak
Menerobos rimbun semak berduri
Menyeberangi jalan raya yang tamak


Aku hanya satu dari banyak yang tak pantas dikenang
Gumamanku hanya cerita biasa yang segera dilupa
Sebentar lagi aku akan hilang
Ditelan sejarah yang hampa


Kali ini aku sampai di batasnya
Batas yang membelah terang dan kelam
Tinggal saja kepasrahan tanpa tanya
Ketika saatnya tiba untuk tenggelam


Kali ini aku ada di batas
Batas yang memisah tuntas
Waktumu dan waktuku 


© Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Tidak Dengan Sajak

Aku melangkah tentu dengan sajak
Tidak menoleh pada jejak
Terus melangkah menuruni puncak
Menjauhi kekaguman yang berdecak

Aku melangkah masih dengan sajak
Menyusuri tanah retak
Jemu pada bunyi langkah menghentak
Acuh pada gelegar suara yang membentak

Aku melangkah tidak dengan sajak
Meninggalkan semua gelak
Karena tahu, seiring waktu yang berderak
Tak lama lagi jantungku tak berdetak


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

Rabu, 02 Mei 2012

Sonnet Of Rain

The rain has stopped me under this red palm.
And the thundering sky's caught me freezing.
My soul's quivering with me quivering.
I ask for my restive soul to be calm.
My soul absorbs raindrops as desert sand
Quickly dries a lake in hottest summer.
Not long before I fall in deep slumber,
Lying all alone in far estranged land.
It can't be denied one day I'll be gone
As the sun must let go its daylight throne.
But true, my heart will forever go on.
It will go beyond what the world can see.
And as long as I have my heart in me,
Not the rain neither the storm can stop me.



ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>

One


I came to you with a poem.
A poem I wrote long ago,
Before I was born.

Had you heard my song?
I heard you sing along
With the cool evening wind
That froze my distraught mind.

I had seen the strongest xebec
Eaten up by the raging sea.
I lied my eyes on the bright flares when
The cannons fired first at dawn.
Yet I never saw something
As amazing as
You.

So many years passed by as I watched them all
Many more seasons changed and I saw them all.
Through winter to fall.
But I only saw the clear night sky once
With its glittering stars,
Almost as beautiful as
You.

Had you felt my heartbeat?
I had felt your breath.
When you were in my arms,
As we were drifting in other realms.

I came to you with a love.
A love that could not lie dying,
After you were gone.


ditulis oleh Rey Prameshwara
Baca seutuhnya...>>>