-untuk Purwani-
Kembang-kembang kopi mekar di penghujung musim bening
Mencumbu aroma embun hujan dan tanah basah
Menari bersama angin subuh gemulai beriring
Ditingkahi lagu belalang yang menghalau kawanan gelisah
Mencumbu aroma embun hujan dan tanah basah
Menari bersama angin subuh gemulai beriring
Ditingkahi lagu belalang yang menghalau kawanan gelisah
Kali ini takkan lama masa biar luka mengatup
Kau tahu, sebentar lagi kabut meninggalkan bukit
Tak satupun kali ini, kuncup tak mekar tinggal rapat menutup
Ini musim untuk melepas segala sakit
Kau tahu, sebentar lagi kabut meninggalkan bukit
Tak satupun kali ini, kuncup tak mekar tinggal rapat menutup
Ini musim untuk melepas segala sakit
Biar embun jatuh dari ujung kelopak mayang!
Hitamnya tanah akan segera menenggak embun!
Subuh ini bukan untuk berdendang lagu duka usang!
Ini waktunya melukis mutiara putih di dedaunan rimbun!
Hitamnya tanah akan segera menenggak embun!
Subuh ini bukan untuk berdendang lagu duka usang!
Ini waktunya melukis mutiara putih di dedaunan rimbun!
Kembang-kembang kopi luruh di batas musim bening
Karena tahu, masa panen tak mau menunggu
Kembang-kembang kopi luruh dalam senyum hening
Karena yakin, besok masih ada musim untuk mendendang lagu
Karena tahu, masa panen tak mau menunggu
Kembang-kembang kopi luruh dalam senyum hening
Karena yakin, besok masih ada musim untuk mendendang lagu
ditulis oleh Rey Prameshwara
Bait ketiga seperti sebuah janji atau sumpah (?) sampai perlu dipertegas dengan tanda seru(!) di tiap ujung lariknya.
BalasHapusEntahlah, saya suka bait ketiganya, ada semangat yang tercium disana.
Demikianlah, Mbak Yayag.
BalasHapusDi sana aku coba memberi penegasan.
Aku ingin di sana ada tenaga.
Hhmmm... Makasih, Mbak Yayag.