Terhempas perahuku diterjang ombak
Aku tak takut
Terpilin layarku oleh badai
Aku tak surut
Tetap perahuku mengembang layarnya
Ke satu tiang tambatan rajut
Tempat ku bersauh mengikat tali selamanya
Di dermaga kecil jiwaku terpaut
Alangkah jauh jalan ku lalui
Betapa luas samudera ku arungi
Tak sedepa aku mundur
Tak sedetik aku mengulur
Meski aku tersungkur
Ini jiwa tak kan kendur
Ku tahu akan tiba jua suatu pagi
Dalam dingin dan bekunya hati
Pias oleh desahan hangat mentari
Kan ku resap hembusan wangi
Ku tahu
Saat itulah aku tiba di dermaga kecil
Dermaga untukku sepi nan damai
Di sanalah ku tambatkan perahuku selamanya
Aku tak takut
Terpilin layarku oleh badai
Aku tak surut
Tetap perahuku mengembang layarnya
Ke satu tiang tambatan rajut
Tempat ku bersauh mengikat tali selamanya
Di dermaga kecil jiwaku terpaut
Alangkah jauh jalan ku lalui
Betapa luas samudera ku arungi
Tak sedepa aku mundur
Tak sedetik aku mengulur
Meski aku tersungkur
Ini jiwa tak kan kendur
Ku tahu akan tiba jua suatu pagi
Dalam dingin dan bekunya hati
Pias oleh desahan hangat mentari
Kan ku resap hembusan wangi
Ku tahu
Saat itulah aku tiba di dermaga kecil
Dermaga untukku sepi nan damai
Di sanalah ku tambatkan perahuku selamanya
ditulis oleh Rey Prameshwara
Kalau puisi rapi begini biasanya membosankan dibaca, tapi ternyata aroma laut bisa menjungkirbalikkan kebosanan itu.
BalasHapusKangen laut, Mbak Yayag?
Hapus