pada pohon kamboja tua dia bersandar
duduk di antara nasib yang layu mekar
di genggamannya: waktu berpendar
di matanya: matahari memudar
baginya makam adalah rumah
di mana semua cemin akan pecah
dari tiap cawan tuak akan tumpah
lalu merdu lagu tinggal desah
telah disaksikannya berlaksa pemakaman
dengan lantunan tawa dari tangisan
juga gerombolan jam dinding yang berjalan
menjauh menunduk mendongak selepas pemakaman
lalu dia kembali bersunyi
menyeka nasibnya sendiri
diam-diam dibersihkannya pusara-pusara
dari rumput liar dan ingatan yang baru lahir
"di sini sudah terlalu banyak kamboja
pemakaman ini tak butuh lagi anyelir"
ditulis oleh Rey Prameshwara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar